Jumat, 23 Maret 2018

Ilmu dari Sekolah Alam

Sejak mengenal konsep sekolah alam waktu jaman kuliah dulu, saya langsung jatuh cinta. Dalam hati 'wah ini sih gue banget'. Benar-benar berasa passion dan pemikiran saya sepenuhnya sefaham dengan konsep yang diusung oleh sekolah alam. Intinya tujuan utama sekolah ini adalah pengembangan karakter dan menyelaraskan antara kurikulum dengan alam sekitar. Jadi kegiatan belajar mengajar lebih banyak dilakukan di luar ruangan. Kalo mau tau lebih dalam tentang konsep sekolah alam bisa tanya mbah google lah ya :D
Menjadi guru di sekolah alam akhirnya masuk ke dalam salah satu list cita-cita saya kala itu (dari sekian banyak cita-cita yang di-list) - ketawan ga fokus :p
Sayangnya saat lulus kuliah, orangtua tidak mengizinkan saya untuk melamar sebagai guru di sekolah alam. Mereka ingin melihat anaknya jadi wanita karir sukses yang kerjanya di kantoran pake baju rapih. Yang kalo tanggal muda makan di mall tapi tanggal tua makan ketoprak (kecuali yang pake kartu kredit ya. Bisa ngutang dulu lah)
Karena salah satu tujuan saya bekerja adalah ingin menyenangkan orangtua, maka ikutilah saja. InsyaAllah keberkahan akan datang dengan sendirinya. Aamiin.
Dan akhirnya... Bekerjalah di sebuah kontraktor oil n gas milik Jepang. Tetapi setelah menikah, saya memutuskan untuk resign dari kantor tempat saya bekerja tersebab kebanyakan ngelembur akhirnya sering pulang malem. Bagi saya sebagai seorang istri tidak pantas jika suami udah di rumah, istri masih di kantor :( *so sad *ini sih pendapat pribadi ya. Jgn tersungging ya
Setelah resign barulah hasrat itu muncul lagi. Alhamdulillah di-acc sama suami untuk ngelamar jadi guru di sekolah alam. Langsung gencar sebar CV ke sekolah2 alam yang ada di tangerang dan bekasi. Mungkin sekitar 8 apa 10 kali ya sekolah alam yang saya kirimin CV.
Nggak lama kemudian saya dipanggil untuk ikut seleksi menjadi calon guru di sekolah alam tangerang.
Alhamdulillah saya menjadi salah satu kandidat yang lolos jadi calon guru.
Persyaratan sebelum resmi menjadi guru disini adalah mengikuti sekolah calon guru (semacam training) selama kurang lebih 6 bulan. Dan bersedia untuk tidak dibayar. Sempet galau. Saat itu orangtua kurang mendukung juga karna faktor tak terbayarnya itu.
Tapi suami kuat mendukung agar saya melanjutkan proses tersebut. Dia tau banget saya sangat enjoy berkutat di dunia pendidikan anak-anak. Akhirnya bismillah saya terima persyaratan untuk mengikuti sekolah calon guru selama 6 bulan. Dan dari sinilah semuanya bermula. Semua ilmu parenting banyak saya dapat dari sekolah calon guru ini. Ooo ternyata begini ya oooo ternyata begitu ya. Terlebih setelah resmi menjadi asisten guru kelas 1 SD (cuma jadi asisten tapi serunya MasyaAllah, ga terbayar dengan apapun), makin bertambah ilmu yang saya dapat disana. Plus bonus kebahagiaan karna interaksi dengan anak-anak yang ga pernah ga nyenengin deh. Ga boong.
Ilmu yang diajarkan benar-benar dimulai dari cara menstimulasi bayi sampai ia menuju akhil baligh. Ilmu inilah yang nantinya akan saya terapkan ke Ahsan.
Ah, ingin sekali rasanya mengirim karangan bunga kesana bertuliskan 'Terimakasih telah mengizinkan saya menjadi bagian dari perjuangan kalian"
Karna saat ini saya sudah tidak lagi mengajar disana (kapan2 saya ceritakan lagi mengapanya-bahasa apa ini).
Dan yang paling teringat dari kelas training ini adalah..
"Kapankah pendidikan anak dimulai?"
Jawabannya... "Dimulai dari memilih pasangan."
Cieileee :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar